MENCETAK
GENERASI MANDIRI DENGAN KEWIRAUSAHAAN
SUDAH CUKUPKAH
PENDIDIKAN ANAK-ANAK KITA?
Sarwo Edi |
Pertanyaan
diatas sungguh sangat sulit untuk dijawab. Mereka yang berhasil baik dibangku
sekolah menghadapi tantangan yang sama dengan mereka yang tidak, dan mereka
yang berhasil baik dibangku sekolah juga tidak bisa menjamin dalam kehidupan
nyata. Kenyataan lain Kurukulum pendidikan selalu berubah mengikuti perubahan.
Yang
seringkali kita rasakan adalah kadangkala pendidikan yang didapat oleh
anak-anak kita terasa tidak cukup untuk menghadapi kenyataan begitu mereka
terjun ke dunia persaingan yang sesungguhnya setelah beberapa tahun berikutnya.
Artinya kurikulum kita seringkali tidak bisa memberi harapan pasti untuk mengantisipasi kebutuhan anak-anak kita
setelah mereka menyelesaikan pendidikanya beberapa tahun berikutnya. Kita,
orang tua juga seringkali menjejali pola pikir yang salah arah. Kita selalu
mencari sesuatu yang aman dari pada mengambil resiko. Kita sering berpikir dan
mengatakan pada anak kita dengan kata-kata seperti ini “Kau harus dan bersekolah dan dapat
nilai bagus supaya bisa mempunyai pekerjaan yang aman dan menjamin dengan gaji
tinggi serta tunjangan bagus”. Walaupun sebagian dari kita juga akan mengatakan “ya itulah tugas
semestinya dilakukan oleh para orang tua agar anak-anak kita tidak terjerembab
pada hal-hal yang cenderung negative”.
FENOMENA
MENARIK
Ada
fenomena yang menarik untuk dicermati akhir-akir ini. Banyak sekali demo buruh
yang menuntut perbaikan upah. Mereka saling ancam antara buruh dan pengusaha. Buruh
melakukan demo besar-besaran mengancam akan mogok kerja jika para majikan tidak
memperbaiki upah mereka. Para pengusaha juga mengancam akan memecat mereka
dengan alasan kebangkrutan. Mereka para buruh juga menuntut peningkatan
kesejahteraan hidup dan pola kerja
outsourcing yang dirasa tidak berpihak
pada kaum buruh.
Dari
sisi pengusaha banyak perusahaan kelas
menengah ke bawah yang merasa tidak mampu membayar karyawannya dengan standar
pengupahan minimal 2,2 juta per bulan. Resiko yang harus dihadapi adalah
manakala ketentuan itu tidak diikuti maka ancamanya adalah denda minimal 100 juta
dan maksimal 400 juta atau kurungan 1
tahun minimal dan maksimal 4 tahun.
Tentu jadi dilemma sendiri bagi para pengusaha kecil yang baru mau tumbuh.
Ada
hal yang lebih tragis lagi kita mendengarnya. Bukan rahasia umum lagi bahwa
negara kita adalah penghasil devisa dari ekspor tenaka kerja yang
mempertaruhkan nyawa mereka. Tak jarang bila sering terdengar kabar TKI yang di
bunuh dan diperkosa di negeri orang.
Mengapa
hal ini terjadi? Inilah yang tidak
pernah di prediksikan oleh pola pendidikan kita. Kurikulum pendidikan kita
tidak pernah bisa menjangkau, memprediksi bahkan sampai mengantisipasi agar hal-hal semacam
ini terjadi pada saat sekarang ini.
APA YANG HARUS KITA
LAKUKAN?
Apa
yang seharusnya kita lakukan sekarang ini adalah merubah mindset dan pola pikir
kita, anak-anak kita. Anak-anak kita ke
sekolah bukanlah untuk mendapatkan nilai bagus dengan harapan bisa cepat
mendaptkan pekerjaan dari orang lain. Menanamkan jiwa kewirausahaan pada anak
kita sejak dini adalah hal yang sangat penting dilakukan agar mereka tidak ketergantungan dengan
lapangan pekerjaan yang begitu terbatas. Sisi lain pemerintah juga harus
merespon sebagai sebuah kebutuhan yang mendesak agar segera mengimplementasikan
pendidikan kewirausahaan dalam muatan kurikulumnya.
Jika penginterasian pendidikan
karakter bisa dilakukan semestinya pendidikan kewirausahaan juga bisa
dilaksanakan. Bahkan sangat lebih baik jika ada jam khusus seperti pelajaran
yang lain dan sebaiknya kewirausahaan dapat masuk dalam struktur kurikulum. Setidaknya
dengan masuknya pendidikan kewirausahaan
dalam struktur kurikulum sekolah harapannya ketrampilan ini dapat dieksploitasi
dan dieksplorasi seluas-luasnya sesuai kebutuhan pasar dan peserta didik.
Harapanya tentu dengan perlakuan yang demikian
hasil yang diharapkan bisa sangat maksimal.
APA KONTRIBUSI KEWIRAUSAHAAN BAGI MASA DEPAN?
APA SEGI KEMANFAATANNYA BAGI ANAK DIDIK KITA?
Jelas
sekali. Dengan pendidikan kewirausahaan harapanya adalah pola pikir anak-anak
kita tidak lagi sekolah dan mengharapkan pekerjaan dan melamar kerja. Tetapi
dengan kewirausahaan maka akan terpikir oleh mereka bagaimana caranya survive
ditengah persaingan global menciptakan lapangan-lapangan pekerjaan. Apa yang
menjadi fenomena saat ini tentu tidak akan terulang dimasa yang akan datang.
Efek
jangka panjang akan sangat dirasakan masyarakat kita. Pertumbuhan ekonomi akan
terasa semakin cepat, meningkatkan
produktivitas, penciptaan teknologi, produk dan jasa baru, serta tentu angka
pengangguran bisa ditekan sekecil mungkin. Usaha-usaha kecil akan mulai tumbuh.
Pertumbuhan ekonomi akan terasa. Persaingan ketat untuk menjadi PNS tentu akan
semakin berkurang seiring dengan kemandirian. Dan sudah barang tentu pemerintah
tidak perlu mengalokasikan dana yang begitu besar untuk menggaji mereka.
APA
PERAN PRAMUKA?
UU
No. 12 tahun 2010 tentang Pramuka menunjukan bahwa pramuka mempunyai peran yang sangat strategis dalam rangka
pembinaan generasi muda. Sikap kemandirian sangat dikedepankan dalam
pembinaanya. Sangat relevan dengan kewirausahaaan yang membutuhkan sikap mental
kemandirian. Sudah banyak bukti diantara
mereka yang aktif dalam kegiatan kepramukaan mempunyai daya jelajah komunikasi
dengan sesama yang lebih lebih luas disbanding yang tidak aktif. Kemandirian
mereka sangat teruji karena memang pramuka memberi bekal agar mereka dapat
survive dalam kondisi apapun. Daya jelajah kominukasi dan kemandirian itulah
yang sangat memperngaruhi dalam membetuk
watak dan jiwa kewirausaan.
Jika
manfaat dari kewirausahaan dirasa sangat penting bagi kehidupan masyarakat dan
anak anak kita pada masa yang akan datang tentu pemerintah sebagai penentu
kebijakan harus berani mengambil langkah-langkah yang perlu. Kita hanya bisa
mendorong dan sekaligus mendukung terlaksananya program yang membuat
masyarakatnya semakin maju.