Minggu, 25 November 2012

GENERASI MANDIRI



MENCETAK GENERASI MANDIRI DENGAN KEWIRAUSAHAAN


SUDAH CUKUPKAH PENDIDIKAN ANAK-ANAK KITA?
Sarwo Edi
Apakah pendidikan yang diterima anak-anak kita sekarang ini secara memadai untuk menyiapkan mereka untuk masa depan yang akan mereka hadapi?
Pertanyaan diatas sungguh sangat sulit untuk dijawab. Mereka yang berhasil baik dibangku sekolah menghadapi tantangan yang sama dengan mereka yang tidak, dan mereka yang berhasil baik dibangku sekolah juga tidak bisa menjamin dalam kehidupan nyata. Kenyataan lain Kurukulum pendidikan selalu berubah mengikuti perubahan.
Yang seringkali kita rasakan adalah kadangkala pendidikan yang didapat oleh anak-anak kita terasa tidak cukup untuk menghadapi kenyataan begitu mereka terjun ke dunia persaingan yang sesungguhnya setelah beberapa tahun berikutnya. Artinya kurikulum kita seringkali tidak bisa memberi harapan pasti untuk  mengantisipasi kebutuhan anak-anak kita setelah mereka menyelesaikan pendidikanya beberapa tahun berikutnya. Kita, orang tua juga seringkali menjejali pola pikir yang salah arah. Kita selalu mencari sesuatu yang aman dari pada mengambil resiko. Kita sering berpikir dan mengatakan pada anak kita dengan kata-kata seperti ini “Kau harus dan bersekolah dan dapat nilai bagus supaya bisa mempunyai pekerjaan yang aman dan menjamin dengan gaji tinggi serta tunjangan bagus”.  Walaupun sebagian dari kita juga akan mengatakan “ya itulah tugas semestinya dilakukan oleh para orang tua agar anak-anak kita tidak terjerembab pada hal-hal yang cenderung negative”.

FENOMENA MENARIK
Ada fenomena yang menarik untuk dicermati akhir-akir ini. Banyak sekali demo buruh yang menuntut perbaikan upah. Mereka  saling ancam antara buruh dan pengusaha. Buruh melakukan demo besar-besaran mengancam akan mogok kerja jika para majikan tidak memperbaiki upah mereka. Para pengusaha juga mengancam akan memecat mereka dengan alasan kebangkrutan. Mereka para buruh juga menuntut peningkatan kesejahteraan hidup dan  pola kerja outsourcing yang dirasa  tidak berpihak pada kaum buruh.
Dari  sisi pengusaha banyak perusahaan kelas menengah ke bawah yang merasa tidak mampu membayar karyawannya dengan standar pengupahan minimal 2,2 juta per bulan. Resiko yang harus dihadapi adalah manakala ketentuan itu tidak diikuti maka ancamanya adalah denda minimal 100 juta  dan maksimal 400 juta atau kurungan 1 tahun minimal dan maksimal 4  tahun. Tentu jadi dilemma sendiri bagi para pengusaha kecil yang baru mau tumbuh.
Ada hal yang lebih tragis lagi kita mendengarnya. Bukan rahasia umum lagi bahwa negara kita adalah penghasil devisa dari ekspor tenaka kerja yang mempertaruhkan nyawa mereka. Tak jarang bila sering terdengar kabar TKI yang di bunuh dan diperkosa di negeri orang.
Mengapa hal ini terjadi?  Inilah yang tidak pernah di prediksikan oleh pola pendidikan kita. Kurikulum pendidikan kita tidak pernah bisa menjangkau, memprediksi bahkan  sampai mengantisipasi agar hal-hal semacam ini terjadi pada saat sekarang ini.

APA YANG HARUS KITA LAKUKAN?
Apa yang seharusnya kita lakukan sekarang ini adalah merubah mindset dan pola pikir kita, anak-anak kita.  Anak-anak kita ke sekolah bukanlah untuk mendapatkan nilai bagus dengan harapan bisa cepat mendaptkan pekerjaan dari orang lain. Menanamkan jiwa kewirausahaan pada anak kita sejak dini adalah hal yang sangat penting dilakukan  agar mereka tidak ketergantungan dengan lapangan pekerjaan yang begitu terbatas. Sisi lain pemerintah juga harus merespon sebagai sebuah kebutuhan yang mendesak agar segera mengimplementasikan pendidikan kewirausahaan dalam muatan kurikulumnya.
Jika penginterasian pendidikan karakter bisa dilakukan semestinya pendidikan kewirausahaan juga bisa dilaksanakan. Bahkan sangat lebih baik jika ada jam khusus seperti pelajaran yang lain dan sebaiknya kewirausahaan dapat masuk dalam struktur kurikulum. Setidaknya dengan masuknya  pendidikan kewirausahaan dalam struktur kurikulum sekolah harapannya ketrampilan ini dapat dieksploitasi dan dieksplorasi seluas-luasnya sesuai kebutuhan pasar dan peserta didik. Harapanya tentu dengan perlakuan yang demikian  hasil yang diharapkan bisa sangat maksimal.

APA KONTRIBUSI KEWIRAUSAHAAN BAGI MASA DEPAN?
APA SEGI KEMANFAATANNYA BAGI ANAK DIDIK KITA?

Jelas sekali. Dengan pendidikan kewirausahaan harapanya adalah pola pikir anak-anak kita tidak lagi sekolah dan mengharapkan pekerjaan dan melamar kerja. Tetapi dengan kewirausahaan maka akan terpikir oleh mereka bagaimana caranya survive ditengah persaingan global menciptakan lapangan-lapangan pekerjaan. Apa yang menjadi fenomena saat ini tentu tidak akan terulang dimasa yang akan datang.   
Efek jangka panjang akan sangat dirasakan masyarakat kita. Pertumbuhan ekonomi akan terasa semakin cepat,  meningkatkan produktivitas, penciptaan teknologi, produk dan jasa baru, serta tentu angka pengangguran bisa ditekan sekecil mungkin. Usaha-usaha kecil akan mulai tumbuh. Pertumbuhan ekonomi akan terasa. Persaingan ketat untuk menjadi PNS tentu akan semakin berkurang seiring dengan kemandirian. Dan sudah barang tentu pemerintah tidak perlu mengalokasikan dana yang begitu besar untuk menggaji mereka.

APA PERAN PRAMUKA?
UU No. 12 tahun 2010 tentang Pramuka  menunjukan bahwa pramuka  mempunyai peran yang sangat strategis dalam rangka pembinaan generasi muda. Sikap kemandirian sangat dikedepankan dalam pembinaanya. Sangat relevan dengan kewirausahaaan yang membutuhkan sikap mental kemandirian. Sudah banyak bukti diantara  mereka yang aktif dalam kegiatan kepramukaan mempunyai daya jelajah komunikasi dengan sesama yang lebih lebih luas disbanding yang tidak aktif. Kemandirian mereka sangat teruji karena memang pramuka memberi bekal agar mereka dapat survive dalam kondisi apapun. Daya jelajah kominukasi dan kemandirian itulah yang sangat memperngaruhi  dalam membetuk watak dan jiwa kewirausaan.
Jika manfaat dari kewirausahaan dirasa sangat penting bagi kehidupan masyarakat dan anak anak kita pada masa yang akan datang tentu pemerintah sebagai penentu kebijakan harus berani mengambil langkah-langkah yang perlu. Kita hanya bisa mendorong dan sekaligus mendukung terlaksananya program yang membuat masyarakatnya semakin maju.

Jumat, 09 Maret 2012

DIKLAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI KWARCAB BANYUMAS

27  Kwartir  Ranting  se-Banyumas belajar buat Email sendiri 


      Agar  petugas  Humas  Gerakan  Pramuka  Kwartir  Cabang  Banyumas  melek  teknologi maka   Kwartir  Cabang   Banyumas  mengadakan  kegiatan  Diklat  Teknologi  Informasi  dan  Komunikasi (TIK) bagi  Humas  dan  Pengurus  Kwarran  se-Banyumas.  Diklat  ini  dilaksanakan  di  Graha  Satria  Kabupaten  Banyumas  dan  diikuti  oleh  humas  27  Kwartir  ranting  se – Banyumas.
        H. Rudwianto, SH. M.Si  selaku  ketua  Kwarcab  Banyumas  dalam  sambutannya  mengatakan : “Menurut  UU  No.12  Tahun  2010 , pembinaan  karakter  building  skill , sekarang diserahkan  pada Gerakan  Pramuka.  Bukan  ke  Karang Taruna , KNPI , Pemuda  Pancasila , atau  SMK.  Ini  berarti  Gerakan  Pramuka   dipercaya  untuk  melaksanakan tugas  maha  penting  bagi  suatu  bangsa.  Karakter  penting  karena  tanpa  karakter  suatu  bangsa  bisa  hancur. Contoh : Negara  Uni  Soviet.
          Mengapa Gerakan  Pramuka  dipercaya  membina  karakter  bangsa  sejak  1961, karena di pramuka  tidak  ada  SARA , di pramuka  tidak ada perbedaan  Suku , Agama, Ras, dan Antar  golongan.“  demikian  kata  Kak  Didi  berapi-api.


ESTAFET TUNAS KELAPA MASUK KOTA PURWOKERTO





SATU  PRAMUKA  UNTUK  SATU  INDONESIA
.

Kegiatan  Estafet  Tunas  Kelapa  dilaksanakan  dalam  rangka memperingati  dan  memeriahkan  Hari  Ulang  Tahun  Emas  ke – 50  Gerakan  Pramuka Indonesia  yang  disahkan  tanggal  14  Agustus  1961 oleh  Presiden  Sukarno.
Regu  inti  Estafet  Tunas  Kelapa  yang  61  anak, terdiri  dari  14  anak  pembawa  bendera  Merah  Putih,  14  anak  pembawa  bendera  Pramuka,  14  anak  pembawa  Tunas  Kelapa, 2  anak  pembawa  bendera  Kabupaten, 1  anak  pembawa api  obor, 1 anak  pembawa  kesan pesan, dan 1 anak  pembawa  bendera  start  itu hari ini , Senin  26 September 2011  masuk  kota  Purwokerto.
Di sepanjang  jalan  Jendral  Soedirman , Estafet  Tunas  Kelapa  disambut  adik-adik  pramuka  dengan  semangat  dan  meriah. Bahkan  di depan KODIM  disambut  dengan  group  kentongan  dari  TNI/ABRI. Hal ini membuktikan bahwa tema HUT Emas ke-50 Gerakan  Pramuka, Satu  Pramuka  untuk  Satu  Indonesia, benar-benar  telah dihayati dan  telah  meresap di hati  masyarakat  kota  Purwokerto.  Hidup  Pramuka.

DIKLAT JURNALISTIK KWARCAB BANYUMAS


  “Humas  Kwarran 3 jam langsung bisa 
menjadi Wartawan

         “Jadikan  Diklat  hari  ini  sebagai kawah  candradimuka  untuk  meningkatkan  tugas kehumasan  dan  untuk  meningkatkan “siar“  Gerakan  Pramuka, agar kegiatan  pramuka  lebih  menarik, lebih  seksi, dan lebih gaul sehingga  pramuka  bisa  diterima  oleh pemuda dan  masyarakat  pada  umumnya. Semoga  bunga-bunga  yang  kita  petik  hari  esok  adalah  benih-benih   yang  kita  tanam  hari  ini.”
[ Ir H. Rudwianto, SH. M.Si ]

Dalam  rangka  meningkatkan  kualitas  kerja dan  “siar“  Humas  Pramuka Kwartir  Cabang  Banyumas,  Jumat  14  Oktober  2011, mengadakan  kegiatan  Diklat  Jurnalistik  bagi  Humas  dan  Pengurus  Kwarran  se-Banyumas. Diklat  Jurnalistik  ini  dilaksanakan  di  Graha  Satria  komplek  pendopo  Kabupaten  Banyumas  dan  diikuti  oleh  27  peserta  dari  27  Kwratir  ranting  se-Banyumas.
Kak  Sarlan, SS, Humas Kabupaten Banyumas,  menjelaskan  kiat-kiat  cerdas  menjadi  jurnalis  yang  baik, handal dan kreatif. Selain  teori  peserta  juga  diwajibkan  untuk  praktek  menulis  press  relase  atau  berita  kegiatan  untuk  surat  kabar.  Peserta  pun  mengikuti  dengan  antusias, sehingga  dalam  waktu  3  jam  Humas  Kwarran  se-Banyumas  seolah  disulap  bisa  langsung  menjadi  wartawan.

"OBSESI ADA GUDEP TERITORIAL DAN KEMAH KEBANGSAAN"


  Profil  Pramuka                               Drs. H. AChmad  Supartono, M.Si
  
Ramah,  ceria, dan  terbuka.  Itulah  Profil  Majalah  Tunas  Satria  edisi  ini .  Nama  lengkapnya  Drs. H. Achmad  Supartono, M.Si. Jabatan  beliau  di kedinasan  saat  ini  adalah  Kepala  Dinas  Pendidikan  dan  Latihan  Kabupaten  Banyumas.  Jabatan  di  Gerakan  Pramuka  adalah  sebagai   Ketua  II  Bidang  Hukum  dan  Organisasi  Kwartir  Cabang  Banyumas.
“ Saya  menyakini  betul  bahwa  kegiatan  pramuka itu  benar-benar  sangat  berguna. Pramuka  itu  mendidik  kemandirian , percaya  diri , dan  membuat  kita  bisa  mengatasi  masalah , “ demikian  pernyataan  beliau  mengawali  wawancara.
Sebagai  pamong  praja  pemerintah  daerah  Banyumas , tidak membuat  beliau  sombong  dan  melupakan  desanya.  Beliau  tidak  malu mengaku  sebagai  orang desa  . Lahir  di  desa  Karangdadap  Kecamatan  Kalibagor Kabupaten  Banyumas , tanggal  8  Juli  1962. Di waktu  kecil  beliau  juga  ngingu  wedhus, ngarit , repek , dan  indel  gula  jawa.  Karena  ibunya  punya  warung  , beliau  mengaku  sering  membantu  ibu  kulakkan  barang.  Musim  layang-layang  , kulakkan layangan , musim  yoyo , kulakkan  yoyoan , kulakkan  karet , wayang , kelereng , dan lain-lain.
“ Saya  bukan  dari  keluarga  pamong  praja , tetapi  Tuhan  punya  rahasia / rencana . Umur  30  tahun , saya  malah  sudah  menjadi  Camat  termuda. “
“  Cita-cita  saya  sejak  kecil sebenarnya ingin menjadi  dokter , tetapi  orang – orang  tua  padha  guyon “ dokter  mata  itik .“ Dan  cita-cita  itu  benar-benar  tercapai . Ceritanya tahun  1981 , setamat  SMA , orang  tahunya  saya  kuliah. Padahal  saya  kursus  menjahit  di  SKB  Kalibagor. Teman-teman  kursus  saya ada yang  tamatan  SD , jebolan  SMP, dan  ibu-ibu muda. Saya  benar-benar  menjadi  penjahit  alias  dokter  mata  itik  seperti  guyonan  orang tua. Tapi selain  kursus  menjahit  saya  juga  kursus  mengetik  dan  kursus  Bahasa  Inggris , yang  sangat  berguna  di kemudian  hari. Untuk  itu  pesan  saya  jangan  malu  ikut  kursus.
“ Dibidang kepramukaan , saya punya  tiga obsesi yaitu : Ada Lomba Gudep  tingkat  kabupaten, ada  Gudep  Teritorial di semua  kecamatan, dan  Kemah  Kebangsaan ,” impinya.
“ Untuk  Lomba  Gudep  tingkat  kabupaten , kemungkinan  tahun 2012  bisa  terlaksana. Nantinya ada  Gudep  Tergiat  se Kabupaten. Dan  Gudep  itu  menjadi  Gudep  Percontohan. ”
“ Untuk Gudep  Teritorial  butuh  dukungan  dari  Muspika , Mabigus, dan  peran Pembina  pramuka. Kalau  itu  terlaksana , maka  di Gudep  Teritorial  itu akan terjadi persatuan yang  harmonis. Karena Gudep  Teritorial itu  anggotanya  beragam. Ada yang  berasal dari sekolah negeri , sekolah  swasta , ada  yang  dari  NU , Muhammadiyah , Kristen , dan lain-lain. ”
“ Lalu  untuk  “ Kemah Kebangsaan “ , saya  mempimpikan  ada  perkemahan  yang  diikuti  oleh  berbagai  sekolah , dinas , organisasi  kemasyarakatan , sosial , keagamaan. Ada  tentara , LSM, polisi , parpol , petani , dan  sebagainya. Ada  warga  Jawa , Tionghoa , dan  lain-lain. Temanya  ceria , sosial , dan  kebersamaan. Kegiatannya  ada  pentas seni , bakti  sosia , out  bond , game, penyuluhan ,  sarasehan , dan  lain-lain  yang  sifatnya  memupuk  rasa  persatuan dan  kesatuan  di tengah  keberagaman , “  jelas  Kak  Achmad  Supartono  mengakhiri  wawancara .

CARAKAN SEBAGAI SANDI PRAMUKA. MENGAPA TIDAK?


Diakui atau tidak tulisan jawa atau yang lebih dikenal dengan carakan adalah huruf yang paling unik didunia. Deretan huruf-huruf carakan yang terdiri dari 20 huruf yang membentuk 4 kalimat ternyata tidak berdiri sendiri seperti halnya alphabet romawi. Huruf-huruf dalam carakan memiliki makna baik secara individu maupun secara keseluruhan yang merupakan makna luhur  dari sebuah perjalanan hidup.  Huruf   Ha semisal mengandung makna Hurip (Hidup), Na mengandung makna Nur(cahaya), Ca mengandung makna Cipta, dan seterusnya. Dalam satu kesatuan HANACARAKA ditafsirkan bahwa manusia lahir dalam keadaan telanjang dalam arti tidak memiliki apa-apa selain potensi. Sehingga manusia harus dapat mengembangkan potensinya (Ca=cipta, cipta rasa dan karsanya)
Secara kesatuan keseluruhan huruf carakan juga mengandung sebuah kisah antara dua orang utusan yang setia, keduanya terlibat dalam sebuah perselisihan dan keduanya bertarung dan pada akhirnya keduanya juga berakhir dengan sama-sama tewas membela dalam kesetiaanya.  Dilihat dari segi makna jelas bahwa huruf-huruf ini memiliki makna dan filosofi yang yang dalam.

PROBLEMATIKA

Semakin sedikit dari kita yang tidak bisa memahami bahkan membaca huruf-huruf kita yang merupakan  karya yang adiluhung dari para nenek moyang.  Bahkan disekolah sekalipun hanya segelintir orang saja yang bisa membaca dan memahami tulisan dalam bentuk carakan. Di akui memang huruf-huruf ini bentuknya unik dan cara menyusun ke dalam bentuk kalimat juga mempunyai aturan khusus. Karena keunikanya inilah yang menjadi problematika kita bahwa pemakaian huruf ini dalam kehidupan sehari-hari semakin sedikit dan minim.
Sepantasnyalah bagi kita yang merasa bahwa ini adalah bagian yang harus kita selamatkan dari budaya kita. Jangan sampai kemudian seperti kasus-kasus yang lain dimana budaya kita dipatenkan oleh orang lain. Tentu kita akan menyesal dan kehilangan rasa bangga kita pada apa yang kita miliki sebagai sebuah kekayaan yang tak ternilai harganya.
Ada beberapa usaha untuk melestarikan pemakaian huruf ini, seperti diciptakannya fontasi-fontasi  atau aplikasi-aplikasi komputer yang memudahkan kita dalam penulisan dalam komputer. Kita patut mengapresiasi pada usaha ini karena untuk mewujudkan dalam pemakaian yang sederhana tentu dilakukan usaha yang tidak mudah.  Belumlah cukup hanya dengan mengandalkan orang lain tanpa dukungan, lambat laun akan semakin dilupakan ataupun ditinggalkan.

MENCIPTAKAN WAHANA BARU

Pramuka seperti yang diamanatkan dalam UU No. 12 tahun 2010 sebagai wadah pembinaan generasi muda mempunyai kesempatan untuk mengambil peran dalam pelestarian warisan budaya kita. Hal ini menjadi relevan mengingat banyak materi-materi pembinaan yang sifatnya unik dan menarik. Semisal, adanya pembinaan kecakapan untuk bertahan hidup disuatu tempat yang terisolir dengan hal-hal yang terbatas dan dengan cara-cara yang minim dan sederhana. Pemakain sandi menjadi sangat krusial pada situasi seperti ini apalagi dalam situasi perang yang tidak menentu.
Ada banyak sandi yang dipergunakan Pramuka sebagai alat pembinaan kecakapan hidup. Mulai dari yang sederhana dan mudah dipahami sampai pada sandi-sandi yang komplek dan sangat rumit. Bahkan sandi-sandi tersebut juga sebagian digunakan dalam dunia kemiliteran.  
Dalam kaitanya dengan pelestarian warisan budaya nenek moyang yang adiluhung hal yang menjadi sangat menarik untuk kita kaji bersama  adalah pemakaian sandi kepramukaan yang menggunakan huruf-huruf kanji atau yang mirip-mirip sejenisnya. Sangatlah rasional memang karena dari sisi keunikan huruf-huruf ini sangatlah unik dibandingkan dengan huruf alphabet yang sudah kita kenal. Dari sisi inilah kemudian muncul sebuah pertanyaan “Mengapa kita tidak memberdayakan carakan sebagai salah satu sandi dalam Pramuka?”
Beberapa alasan patut dikedepankan tentang carakan ini sebagai sandi pramuka.
 Pertama, sama seperti huruf kanji yang memiliki keunikan dan kekhususan dalam menyusun menjadi kalimat. Tidak semua orang dengan waktu yang singkat mudah untuk memahami. Butuh waktu dan pemahaman khusus apalagi sampai pada taraf pemanfaatan sebagai alat komunikasi. Sangatlah layak bila carakan juga dipakai sebagai sandi Pramuka.
Kedua, alasan ini lebih bersifat strategis. Kita memikul tanggungjawab yang besar untuk melestarikan budaya kita sendiri. Kita lebih banyak kesempatan lagi untuk lebih mengajarkannya dibanding sebelumnya. Dengan mengajarkan atau melatihkan dalam kegiatan pembinaan kepramukaan otomatis kita akan lebih berperan lagi dalam menjaga warisan budaya kita. Akan semakin banyak teman-teman Pembina Pramuka di sekolah yang akan lebih menekankan dan lebih memperkenalkan lebih dalam lagi huruf carakan ini kepada adik-adiknya. Kita akan menjadi lebih beruntung karena kesulitan yang dialami oleh bapak-ibu guru dalam pembelajarn carakan dalam kelas menjadi lebih mudah dengan terbantu dari pemakaian dalam pelatihan kepramukaan.  Sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui.
Kembali pada potensi yang dimiliki manusia sebagaimana dalam paragraf sebelumnya, sudah seharusnyalah kita tingkatkan, kita kembangakan potensi yang kita miliki menjadi kekuatan yang berguna dalam rangka membangun generasi muda kita tanpa meninggalkan budaya kita yang adiluhung.




Oleh : Edi Sarwono, S.Pd.
Pembina Pramuka  SMP N 2 Kembaran Kwartir Ranting Kembaran

Rabu, 07 Maret 2012

Bangga Berseragam Pramuka

Di umurnya yang memasuki setengah abad ini, saya berharap agar Pramuka menjadi “besar” bukan hanya di kalangan Pramuka saja. Di kalangan Pramuka dikenal istilah Jambore daerah/nasional/dunia, Raimuna daerah/nasional, PeranSaka, dll. Begitu banyak kegiatan tersebut, tetapi info dan eksposnya terlalu minim, sehingga menjadikan orang tidak mengganggap Pramuka. Hanya orang-orang yang berkecimpung di dunia Pramuka saja yang tahu kegiatan tersebut. Coba saja bilang “kemarin saya baru mengikuti perkemahan Raimuna Nasional”. Apa tanggapan orang? Kemungkinan besar, biasa saja. Nothing special!

Hampir sama dengan “memakai baju dan celana pramuka”. Coba hitung berapa banyak anak muda yang masih mau memakai seragam Pramuka! BERAPA? Sungguh tragis memang. Gerakan yang awal mulanya bernama kepanduan, yang ikut serta aktif dalam persiapan kemerdekaan RI ini sudah menjadi sesuatu yang tak bernilai di kalangan orang muda. Siapa yang salah? Entahlah..

Saat-saat di mana mereka memakai seragam Pramuka adalah saat yang paling ditunggu. Upacara HUT NKRI ke 66 merupakan saat pertama kali para anggota memakai seragam. Apa reaksi mereka? Mereka terlihat begitu antusias ketika memakai seragam. Dengan bangganya mereka memasuki lapangan upacara dengan seragam Pramuka. Langsung membentuk barisan dan terlihat rapi. Dengan seragam pramuka lengkap mereka mengikuti jalannya upacara yang memperingati Kemerdekaan negara ini. Itu di dunia kuliah. Bagaimana yang di sekolah? Pengalaman berpramuka di sekolah lebih banyak lagi.