Diakui atau tidak tulisan jawa
atau yang lebih dikenal dengan carakan adalah huruf yang paling
unik didunia. Deretan huruf-huruf carakan yang terdiri dari 20 huruf yang
membentuk 4 kalimat ternyata tidak berdiri sendiri seperti halnya alphabet
romawi. Huruf-huruf dalam carakan memiliki makna baik secara individu maupun
secara keseluruhan yang merupakan makna luhur
dari sebuah perjalanan hidup.
Huruf Ha semisal mengandung makna Hurip
(Hidup), Na mengandung makna Nur(cahaya), Ca mengandung makna Cipta,
dan seterusnya. Dalam satu kesatuan HANACARAKA
ditafsirkan bahwa manusia lahir dalam keadaan telanjang dalam arti tidak
memiliki apa-apa selain potensi. Sehingga manusia harus dapat mengembangkan
potensinya (Ca=cipta, cipta rasa dan karsanya)
Secara kesatuan keseluruhan huruf
carakan juga mengandung sebuah kisah antara dua orang utusan yang setia,
keduanya terlibat dalam sebuah perselisihan dan keduanya bertarung dan pada
akhirnya keduanya juga berakhir dengan sama-sama tewas membela dalam
kesetiaanya. Dilihat dari segi makna
jelas bahwa huruf-huruf ini memiliki makna dan filosofi yang yang dalam.
PROBLEMATIKA
Semakin sedikit dari kita yang
tidak bisa memahami bahkan membaca huruf-huruf kita yang merupakan karya yang adiluhung dari para nenek moyang. Bahkan disekolah sekalipun hanya segelintir
orang saja yang bisa membaca dan memahami tulisan dalam bentuk carakan. Di akui
memang huruf-huruf ini bentuknya unik dan cara menyusun ke dalam bentuk kalimat
juga mempunyai aturan khusus. Karena keunikanya inilah yang menjadi
problematika kita bahwa pemakaian huruf ini dalam kehidupan sehari-hari semakin
sedikit dan minim.
Sepantasnyalah bagi kita yang
merasa bahwa ini adalah bagian yang harus kita selamatkan dari budaya kita.
Jangan sampai kemudian seperti kasus-kasus yang lain dimana budaya kita
dipatenkan oleh orang lain. Tentu kita akan menyesal dan kehilangan rasa bangga
kita pada apa yang kita miliki sebagai sebuah kekayaan yang tak ternilai
harganya.
Ada beberapa usaha untuk melestarikan pemakaian huruf ini, seperti
diciptakannya fontasi-fontasi atau
aplikasi-aplikasi komputer yang memudahkan kita dalam penulisan dalam komputer.
Kita patut mengapresiasi pada usaha ini karena untuk mewujudkan dalam pemakaian
yang sederhana tentu dilakukan usaha yang tidak mudah. Belumlah cukup hanya dengan mengandalkan
orang lain tanpa dukungan, lambat laun akan semakin dilupakan ataupun
ditinggalkan.
MENCIPTAKAN WAHANA BARU
Pramuka seperti yang diamanatkan
dalam UU No. 12 tahun 2010 sebagai wadah pembinaan generasi muda mempunyai
kesempatan untuk mengambil peran dalam pelestarian warisan budaya kita. Hal ini
menjadi relevan mengingat banyak materi-materi pembinaan yang sifatnya unik dan
menarik. Semisal, adanya pembinaan kecakapan untuk bertahan hidup disuatu
tempat yang terisolir dengan hal-hal yang terbatas dan dengan cara-cara yang
minim dan sederhana. Pemakain sandi menjadi sangat krusial pada situasi seperti
ini apalagi dalam situasi perang yang tidak menentu.
Ada banyak sandi yang
dipergunakan Pramuka sebagai alat pembinaan kecakapan hidup. Mulai dari yang
sederhana dan mudah dipahami sampai pada sandi-sandi yang komplek dan sangat
rumit. Bahkan sandi-sandi tersebut juga sebagian digunakan dalam dunia
kemiliteran.
Dalam kaitanya dengan pelestarian
warisan budaya nenek moyang yang adiluhung hal yang menjadi sangat menarik
untuk kita kaji bersama adalah pemakaian
sandi kepramukaan yang menggunakan huruf-huruf kanji atau yang mirip-mirip
sejenisnya. Sangatlah rasional memang karena dari sisi keunikan huruf-huruf ini
sangatlah unik dibandingkan dengan huruf alphabet yang sudah kita kenal. Dari
sisi inilah kemudian muncul sebuah pertanyaan “Mengapa kita tidak memberdayakan
carakan sebagai salah satu sandi dalam Pramuka?”
Beberapa alasan patut
dikedepankan tentang carakan ini sebagai sandi pramuka.
Pertama, sama seperti huruf kanji yang
memiliki keunikan dan kekhususan dalam menyusun menjadi kalimat. Tidak semua
orang dengan waktu yang singkat mudah untuk memahami. Butuh waktu dan pemahaman
khusus apalagi sampai pada taraf pemanfaatan sebagai alat komunikasi. Sangatlah
layak bila carakan juga dipakai sebagai sandi Pramuka.
Kedua, alasan ini lebih
bersifat strategis. Kita memikul tanggungjawab yang besar untuk melestarikan
budaya kita sendiri. Kita lebih banyak kesempatan lagi untuk lebih
mengajarkannya dibanding sebelumnya. Dengan mengajarkan atau melatihkan dalam
kegiatan pembinaan kepramukaan otomatis kita akan lebih berperan lagi dalam
menjaga warisan budaya kita. Akan semakin banyak teman-teman Pembina Pramuka di
sekolah yang akan lebih menekankan dan lebih memperkenalkan lebih dalam lagi
huruf carakan ini kepada adik-adiknya. Kita akan menjadi lebih beruntung karena
kesulitan yang dialami oleh bapak-ibu guru dalam pembelajarn carakan dalam
kelas menjadi lebih mudah dengan terbantu dari pemakaian dalam pelatihan kepramukaan. Sekali merengkuh dayung dua tiga pulau
terlampaui.
Kembali pada potensi yang
dimiliki manusia sebagaimana dalam paragraf sebelumnya, sudah seharusnyalah
kita tingkatkan, kita kembangakan potensi yang kita miliki menjadi kekuatan
yang berguna dalam rangka membangun generasi muda kita tanpa meninggalkan
budaya kita yang adiluhung.
Oleh : Edi Sarwono, S.Pd.
Pembina Pramuka SMP N 2 Kembaran Kwartir Ranting Kembaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar